Hidup di dunia pasti selalu bertemu dengan berbagai persoalan, masalah, dan ujian. Salah satu bentuk dari ujian tersebut adalah ujian dalam bentuk kesenangan. Bahkan, ujian dalam bentuk kesenangan ini jauh lebih berat daripada ujian kesusahan. Resiko ketika salah menyikapinya pun jauh lebih besar daripada ujian kesulitan.
Allah SWT berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut [29] : 2-3)
Hidup di dunia pasti selalu bertemu dengan berbagai persoalan, masalah, dan ujian. Salah satu bentuk dari ujian tersebut adalah ujian dalam bentuk kesenangan. Bahkan, ujian dalam bentuk kesenangan ini jauh lebih berat daripada ujian kesusahan. Resiko ketika salah menyikapinya pun jauh lebih besar daripada ujian kesulitan.
Ujian kesenangan itu bisa berbentuk pangkat, jabatan, popularitas, anak-anak yang lucu dan pintar, pasangan hidup yang berparas indah, harta kekayaan, kendaraan, rumah. Bisa juga berupa sanjungan dan pujian. Semua ini adalah hal-hal yang menyenangkan kita dan bisa melenakan kita. Jika salah menyikapinya, kita bisa terjerumus pada berbagai penyakit hati yang menimbulkan malapetaka pada diri kita sendiri.
Lalu, bagaimana sikap terbaik menyikapi ujian kesenangan? Pertama, beristighfar. Kesenangan yang kita dapatkan, apa pun bentuknya, biasanya meninggalkan lintasan rasa senang dan gembira di dalam hati. Tidak jarang secara halus menimbulkan bibit-bibit ujub dan riya
Maka istighfar, memohon ampun adalah untuk membersihkan bibit-bibit penyakit tersebut. Sehingga hati kita senantiasa terjaga kebersihannya. Hanya hati yang bersih yang bisa peka menangkap hidayah Allah SWT.
Kedua, bertasbih memuji Allah SWT. Kepahitan dan kesenangan adalan ujian, sedangkan ujian adalah bagian dari nikmat Allah terhadap hamba-Nya. Ketika mendapatkan ujian kesenangan, maka langkah terbaik menghadapinya adalah dengan segera menyandarkan kesenangan itu hanya kepada Allah. Yakin di dalam hati bahwa tiada yang kuasa melimpahkan dan mencabut kesenangan ini selain Allah.
Ketiga, bersyukur. Ketika mendapatkan ujian berupa kesenangan, maka bersyukur adalah sikap orang yang beriman. Ini adalah sikap yang Allah sukai, sebagaimana Allah sampaikan di dalam Al Quran.
Semoga ujian kesenangan yang datang kepada kita, bisa menjadi ladang amal saleh bagi kita. Sehingga ujian tersebut tidak menjadi pemberat dosa kita kelak di akhirat, namun sebaliknya, menjadi pemberat catatan amal ibadah kita di hadapan Allah SWT.