Jangan Diambil kecuali Telurnya

Mungkin ada yang khawatir, “Tapi nanti orang-orang jadi menjauh?” Mungkin itu benar, tapi itu sekarang. Nanti setelah dibersihkan oleh Allah, tinggal dikembalikan. Yang menghina pun datang lagi minta maaf.



Saudaraku. Menurut saya bagus jika Allah SWT membuka aib kita. Supaya kita tidak sibuk ingin dipuji. Asalkan dengan dibukanya aib kita bisa tersungkur tobat. Itu jauh lebih bagus daripada aib kita ditutup dan terus-menerus dalam kemaksiatan. Untuk apa aib kita ditutup, dan sibuk cari muka di depan orang, larut dalam pujian, dikagumi dan dielu-elukan? Padahal Allah tahu hati kita musyrik dan munafik.

Misalkan aib kita dibuka dengan cara dihina orang. Nah, coba kita pikirkan lagi. Mana yang lebih sengsara, antara dihina dan larut dalam kemunafikan serta kemaksiatan? Tentu saja jauh lebih sengsara kalau kita tidak sadar, tidak bertobat, dan terus bergelimang dosa. Sengsaranya dihina itu tidak ada apa-apanya.

Mungkin ada yang khawatir, “Tapi nanti orang-orang jadi menjauh?” Mungkin itu benar, tapi itu sekarang. Nanti setelah dibersihkan oleh Allah, tinggal dikembalikan. Yang menghina pun datang lagi minta maaf.

Saudaraku. Kalau kita sibuk memikirkan orang yang menghina, maka kita akan terluka. Jadi, jika kita dihina, sibuklah memikirkan Allah SWT yang telah mengizinkan orang menghina kita. Ingatlah, Allah masih menutupi sebagian besar kehinaan kita. Ingat bahwa rasa sakit dihina ini menggugurkan dosa, dan dengan kepahitan tersebut kita mendapat pahala sabar.

Oleh sebab itu, segalanya tergantung pada kemampuan kita sendiri untuk memaknai. Misalnya, saat kita selesai salat sunnat, ada seseorang menegur dari belakang, “Kang, begitu ya kalau sudah tua? Sudah sering salat, jadinya lancar dan kilat. Ibarat main bola, langsung gol.”

Memang jengkel rasanya ketika mendengar yang seperti itu. Tapi kita harus tetap diam, dengarkan, dan dalam hati kita berucap, “Ya Allah, Engkau tahu salat saya barusan tidak khusyuk. Sekarang Engkau gerakkan hamba-Mu dan diatur oleh-Mu, sengaja duduk di belakang melihat saya salat. Ampunilah saya, ya Allah.”

Lalu kepada orang yang menegur tadi kita sampaikan, “Terima kasih ya, sejujurnya saya barusan salat tidak khusyuk. Terima kasih sudah jadi jalan yang membuat saya ingat.”

Jika kita sudah bisa memaknainya seperti itu, maka tidak ada yang akan rugi. Kita sendiri tidak rugi. Karena apa artinya sakit hati karena tersinggung dibanding salat kita yang bisa jadi lebih baik dan benar. Dan seseorang tadi juga bisa jadi semakin rajin salat berjamaah, dan duduk di belakang kita.

Jadi, saudaraku. Jangan takut jika Allah membuka aib kita. Tidak mungkin Allah Yang Mahabaik berbuat tidak baik. Sekali pun kita dihina lalu dijauhi orang. Karena dihina itu sama sekali tidak berbahaya. Hanya seperti ember jatuh. 



Ini bukan bermaksud menantang penghinaan. Tetapi seandainya ada yang mengoreksi kita dengan cara menghina, maka kita renungkan saja isi hinaannya. Mohon maaf jika perumpamaannya kurang sopan: “Walaupun keluarnya dari pantat ayam, tapi kalau itu telur, ambillah! Kalau bukan, jangan!”

Share this

Related Posts